BATANG, News Investigasi-86,
Untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan dalam program kerja divisi kewirausahaan, kelompok KKN Moderasi Beragama Posko 87 UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan di salah satu pengusaha UMKM desa setempat, tepatnya di Dukuh Krajan, RW 01/RT 01, Desa Pejambon, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang pada Selasa 16 Juli 2024. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mengobservasi potensi UMKM untuk menciptakan inovasi baru.
Kegiatan berlangsung dari pukul 09.00 pagi hingga 12.00 siang. Pemilik pengusaha menerima baik kedatangan kelompok KKN Moderasi Beragama Posko 87 UIN Walisongo Semarang dan tak merasa rugi membagikan resep dan langkah-langkah pembuatan kerupuk bawang.
Pemilik usaha UMKM Kerupuk Bawang Ibu Noriyati mengungkapkan sangat senang dikunjungi anak-anak KKN “Saya sangat senang, didatangi seperti ini, jangan sungkan-sungkan mas, mba, tapi maaf ya tempatnya seadanya, sempit seperti ini”.
Anggota KKN Moderasi beragama Posko 87 UIN Walisongo Semarang sangat antuasias terjun membantu proses pembuatan, mulai dari tahap menyiapkan bahan, tahap pencampuran adonan dan pembentukan adonan, tahap perebusan adonan hingga proses penirisan kerupuk bawang. Pembuatan kerupuk bawang yang dijalani Ibu Noriyati tergolong manual beliau masih memotong menggunakan pisau satu per satu sehingga memerlukan waktu yang cukup lama bahkan untuk proses perebusan masih menggunakan tungku yang berasal dari tanah liat.
UMKM kerupuk bawang ini telah dijalankan sejak tahun 2021 secara mandiri dengan bantuan keluarga. Proses produksi kerupuk bawang ini dilaksanakan setiap hari.
“Saya memulai usaha ini sejak tahun 2021 dan saat ini sudah berjalan selama 3 tahun,awalnya saya gabung di RT sebelah dengan sistem bagi hasil karena ada kumpulan pembuat kerupuk bawang yang lain, tetapi saya rasa kurang efisien akhirnya saya memutuskan untuk buka usaha mandiri” Kata Ibu Noriyanti saat ditemui di kediamannya, di Dukuh Krajan, RT 01 RW 01, Desa Pejambon, Kecamatan Warungasem (16/07/2024).
Untuk pemasaran krupuk bawang ini masih dalam bentuk bahan mentah yang dikemas dengan harga 17 ribu per kilo dengan ukuran berbeda-beda sesuai permintaan pembeli. Biasanya krupuk ini dititipkan ke toko-toko dan beberapa tengkulak mengambil di kediaman Ibu Noriyati. Dalam sehari Ibu Noriyati memproduksi kerupuk bawang kurang lebih sebanyak 23 kg per hari baik untuk dijual ataupun konsumsi pribadi bersama keluarga.
Dalam hal ini Ibu Noriyanti sebagai pelaku usaha merasa kesulitan untuk memasarkan karena keterbatasan teknologi dan strategi. Beliau ingin produknya tidak hanya dikenal oleh masyarakat setempat namun ingin lebih luas lagi. Harapan Ibu Noriyati dapat terbantu dalam proses pemasaran agar banyak orang yang mengenal produk kerupuk bawang usahanya melalui media online.
“Harapannya, semoga produk saya dapat dikenal lebih luas, saya pengennya juga jualan secara online mas,mba tapi bingung bagaimana untuk memulainya” Jelasnya.
(DeKa)